THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

♥☻♥ WELCOME TO ♥☻♥

Selasa, 22 Desember 2015

Singkatnya Jadi Kita (Bag. 1)


"...Ditengah pengirisan jagung, lampu tiba tiba mati, beruntung ada seseorang yang menerangi kegiatan mengiris jagungku ketika keadaan gelap. Setelah lampu hidup kami melanjutkan kegiatan kami. dan ketika menyiapkan alat alat untuk memasak, "Dug." Suara horror terdengar." 

...

Hari itu hari sabtu, hari yang mungkin akan dimulainya sejarah bahagia masa SMA. Pagi aku terbangun, bukan karena alarm, morning call toilet, ataupun dibangunkan. Tapi karena bunyi whatsapp grup Poncok yang sudah berbunyi sedari pagi buta. Grup itu sengaja dibuat oleh anak kelasku untuk orang yang ingin ikut bagian dari sejarah 3 hari 2 malam di Puncak, Bogor. Aku menyiapkan segala keperluanku setelah sholat shubuh, termasuk mental. 

Sebelumnya rencana keberangkatan jam 5 pagi batal karena adanya pengambilan rapor pada hari sabtu ini. Jadilah diputuskan untuk berkumpul pada pukul 11 dan berangkat pada pukul 12 setelah sholat dzuhur.

Pada jam 9 pagi aku telah siap dengan koper berisi baju dan ransel berisi keperluan pribadi, jam 10.30 aku berangkat dari rumah menuju tempat berkumpul, yaitu Masjid di Tol baru Petukangan. Setibanya aku melihat beberapa anak  yang sudah sampai lebih dulu, ada Meina, Siti dan Patria. Selagi menunggu, mulailah datanglah satu persatu temanku dengan wajah excitednya.

Setelah semuanya berkumpul kami sholat dan menunggu bis, bis yang dijadwalkan sampai jam 11 tidak kunjung datang. Pergabutanpun dimulai. Sekitar jam 2 lewat bis baru datang, kamipun bergegas masuk dan duduk di seat yang sebelumnya telah ditetapkan dari pengundian. Di bis aku duduk bersama Asma di baris ketiga, seberang kananku ada Keke dan Yulia dan belakangku ada Meina dan Siti. Perjalanan di bis berlangsung selama kurang lebih 3 jam. Aku melihat wajah wajah temanku saat tidur disaat seperempat perjalanan. Di bis aku bercengkrama singkat dengan Asma sebelum akhirnya kita memutuskan untuk tidur juga. Ketika aku sedang tidur lelap, aku dikagetkan dengan terbukanya tiba tiba pintu didepanku dan masuknya penjual tahu sumedang ketika berlakunya one way, sontak akupun kaget dan terbangun. Perjalananpun dilanjutkan ketika one way sudah dibuka.

"Ah udaranya segar sekali" ucapku ketika membuka jendela bis, Asma memulai perjalanan gabut di bis dengan berjalan ke depan dan ke belakang sampai akhirnya ia berhenti ketika menginjak mesin panas sambil bertelanjang kaki di bagian depan bis.
  
Jam 5.25 sore kami sampai di villa tujuan kami di kawasan Kota Bunga, Puncak Bogor. Kami telah disambut oleh 2 orang teman kami yaitu Shidiq dan Senda yang sebelumnya sudah sampai dengan menggunakan motor. Udara yang jauh dari polusi di Jakarta membuat nafas ini terasa sangat sejuk dan meninbulkan perasaan bahagia. Pembagian kamarpun dilakukan, aku dan Asma, Amanah, Tazkia, Syifa, Tika, Taul, Ule dan Nuke mengambil bagian di kamar atas dengan 1 kasur, sedangkan Mega, Aurel, Meina, Yulia, Siti, Keke di bagian bawah dengan 2 kasur, dan ber AC. Sedangkan nasib 8 anak laki laki tidur di ruang tengah, yaitu Olip, Fachri, Fajri, Patria, Ojan, Sofyan, Senda, Shidiq.

Aku mandi sore ditemani dengan Tika dan Taul yang berjaga di depan kamar mandi yang tak bisa dikunci. Setelah mandi pembagian kamar diubah lagi, dengan keputusan akhir kamar bawah untuk perempuan, dan kamar di atas untuk Laki laki. Villa ini di lengkapi wifi, tak ayal beberapa anak sibuk dengan gadgetnya. Sekitar habis sholat maghrib Masak masak pun dilakukan aku mengambil bagian Jagung Tumis Kecap untuk lauk, dan beberapa anak laki laki ditugaskan untuk membuat bara api untuk acara bakar bakar kami. Ditengah pengirisan jagung, lampu tiba tiba mati, beruntung ada seseorang yang menerangi kegiatan mengiris jagungku ketika keadaan gelap. Setelah lampu hidup kami melanjutkan kegiatan kami. dan ketika menyiapkan alat alat untuk memasak....

"Dug." Suara horror terdengar, itu adalah suara jatuhnya jagung dari baskom ke lantai. Sontak aku dan Ule pun kaget dan reflek membersihkan jagung. Jagung tumis selesai pada pukul 7.30 malam, sedangkan Bara api belum juga menyala. Nasib nasi yang ada di Rice Cooker pun dalam tanda tanya besar karena sempat terjadi mati lampu. Horror selanjutnya adalah Nasi aron. Nasi yang dimasak masih keras. Dan proses pengaronan nasi menjadi nasi sesungguhnya di mulai dikompor. Karena tugasku memasak tumis jagung sudah selesai aku masuk kamar dan merebahkan kaki sejenak, belum lama setelah aku masuk ke kamar dan merebahkan kaki, Keke, Meina, Aurel dan Yulia berteriak keluar karena cerita horror entah darimana asalnya, akupun ikut keluar. Sementara itu, Bara api baru menyala setelah pengaronan nasi selesai, kegiatan bakar bakar dengan alat seadanya pun dimulai. Setelah semua menu selesai dibuat kami memulai kegiatan makan malam bersama, setelah itu kami sholat dan memutuskan untuk beristirahat. Kamipun masuk kamar masing masing dan tidur.
Sabtu malam minggu ini belum benar benar dimulai.  Pintu kamar mandi kamar bawah yang tidak bisa tertutup dengan benarpun menjadi horror berikutnya. Posisi kamar bawah adalah Girls Area, dan kamar atas adalah Boys Area. Ketika lampu telah dimatikan kami mengmbil posisi tidur masing masing, aku belum bisa tidur karena mataku terus tertuju pada kamar mandi. Entah kenapa aku takut. aku melihat ke Syifa, Ule, dan Asma sudah tertidur dengan tenangnya. Di kasur aku tidur bersama Keke, Yulia, dan Mega. Aku tidak bisa tidur, begitupun mereka, di posisi bawah ada Meina, Aurel, Siti, Taul, Nuke, Amanah, dan Tika. Sekitar jam 12 malam, Horror sesungguhnya dimulai. dengan dimulainya suara gaduh dari atas menuju bawah yang dibuat anak Laki laki. Sontak mereka yang sudah tidur pun menjadi bangun, dan yang bangunpun tak bisa tidur. Kamipun keluar dan memastikan apa yang terjadi.

"Ada yang ngetok pintu kamar" ucap seorang temanku Olip. Anak laki laki yang lainpun ikut turun, dan menceritakan kejadian horor yang terjadi. Mega dan Tazkia yang tidak percaya dengan cerita picisan itu membuktikan kebenarannya, dan beberapa saat Mega berlari turun disusul oleh Tazkia yang berjalan santai dengan earphone di telinganya. Mega kembali menceritakan apa yang terjadi pada pintu kamar atas yang tiba tiba terketuk. Setelah diteliti lebih lanjut oleh Syifa, ia mengatakan bahwa segalanya terjadi karena perasaan takut, dan tidak ada apa apa. Semuanyapun kembali ke kamar semulanya, dan... Olip lagi lagi membuat kegaduhan, ia menarik selimut dari atas ke bawah dengan tujuan ingin tidur di ruang tamu.

"Cepetan Jri" ternyata ia tidak sendirian. Terlihat batang hidung Fajri, yang ingin dia ajak untuk tidur bersamanya di ruang tamu. Syifa menuturkan bahwa tidak ada yang harus ditakutkan dan menyuruh mereka kembali keatas. Dengan patuh Olip pun menurut. Semuanya kembali ke tempat semulanya, ketika aku baru mencoba menutup mataku.

"Gdebag gdebug" suara orang berlarian dari tangga atas ke bawah. Siapa? Lagi lagi Olip. Ia mengetuk pintu kamar perempuan, masuk dan menceritakan apa yang terjadi. Setelah berkoordinasi, ia pun kembali ke kamarnya dan suasana kembali kondusif. Akupun tidur dengan bersiaga tudung dikepalaku, untuk mencegah kembalinya Olip yang secara tiba tiba yang menerobos masuk kamar perempuan.

Ditengah sunyinya malam yang berangsur pagi... "tok tok tok.." suara ketukan pintu bawah pun terdengar, "Sip, Sipa..." Suara Olip yang memanggil Syifa, lagi lagi Olip. Ia datang meminta bantal karena ia berdalih tak bisa tidur tanpa itu. Aku memutar Qur'an surah Al Baqoroh di ruang tamu agar suasana bisa lebih tenang. Sekitar jam 2 pagi kami semua tidur dengan tenang. Sedangkan Mega belum bisa tidur, ia pergi ke ruang Tamu dan memilih tidur disana.  Malam pertama yang terasa Sangat panjang. Dengan Lantunan Qur'an yang menemaniku tidur membuatku tidur dengan tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...